Sumber Daya Alam ( SDA ) hutan dengan potensi manfaatnya Tangible dan
Intangible, memberikan kontribusi penting terhadap pembangunan dan
kehidupan masyarakat. Misalnya, dalam menyediakan hasil hutan kayu,
hasil hutan bukan kayu ( HHBK ),dan jasa lingkungan. Nilai manfaat hutan
tidak hanya nilai manfaat ekonomi, tetapi nilai sosial dan perlindungan
ekosistem. Peranan ekonomi kehutanan di tunjukan oleh kontribusi
manfaat pengusahaan hutan dalam peningkatan devisa, penyerapan tenaga
kerja, dan nilai tambah peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Devisa negara
dan produk hasil hutan selama periode 1991 – 2001 sebesar US.3.46-5,43
miliyar, dengan laju peningkatan sebesar 5-10 persen per tahun, di
hitung melalui nilai ekspornya. Hutan Indonesia merupakan bagian penting
dari paru – paru kehidupan dunia. Kelestarian hutan Indonesia tidak
hanya penting untuk bangsa Indonesia, namun juga bagi bangsa lain di
seluruh dunia. Luas kawasan hutan di 30 provinsi Indonesia, berdasarkan
penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan pada tahu 2007, mencapai 112,3
juta.ha. Sedangkan luas kawasan hutan di tiga provinsi lainya ( Riau,
Kepulauan Riau, dan Kalimantan Tengah ), masih mengacu kepada kepada
Tata Guna Hutan Kesepakatan ( TGHK ). Luanya mencapai 24,76 juta.ha.
Terdiri dari 15,30 juta.ha kawasan hutan di Kalimantan Tengah, dan 9,46
juta.ha di Riau, dan Kepulauan Riau. Badan planologi nasional ( BPN )
tahun 2007, menyatakan hutan di tiga wilayah tersebut sekarang ini dalam
kondisi sangat kritis. Kawasan hutan yang terdegradasi di Indonesia
mencapai 59,62 juta.ha yang di sebabkan oleh aktivitas Pembalakan Liar (
Ilegal Logging ), konservasi kawasan hutan menjadi perkebunan
sawit,karet dan juga kebakaran hutan. Laju degradasi hutan di Indonesia
pada periode 1982-1990 mencapai 0,9 juta.ha per tahun. Memasuki periode
1990-1997 telah mencapai 1,8 juta.ha per tahun.
Kondisi miris tersebut
berlanjut pada periode 1997-2000, dimana kerusakan hutan mencapai 2,83
juta.ha per tahun. Sedangkan pada periode 2000-2006 mencapai 1,08
juta.ha per tahun. Semakin berkurangnya tutupan hutan mengakibatkan
sebagian besar wilayah Indonesia rentan terhadap bencana ekologis (
ecological disaster ) seperti bencana kekeringan, banjir dan tanah
longsor. Berdasarkan informasi dari Bakornas Penanggulangan Bencana
sejak 1998 hingga pertengahan 2003 tercatat telah terjadi 647 bencana
akibat kerusakan hutan dengan 2.022 korban jiwa. Sebesar 85 persen
bencana yang terjadi tersebut merupakan bencana banjir dan tanah
longsor. Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
laju degradasi hutanya tergolong sangat tinggi.
Selama dua tahun
terakhir kerusakan hutanya mencapai 3,7 juta.ha. Sedangkan penutupan
lahan berupa hutan mencapai 8.597.757 ha. Kawasan hutan di provinsi Riau
berdasarkan TGHK, terdiri dari Hutan Lindung (HL) 390.000 ha, Kawasan
Suaka Alam dan Pelestarian Alam (KSPA) daratan seluas 410.908 ha, Hutan
Produksi Terbatas (HPT) seluas 1.960.128 ha, dan Hutan Produksi Tetap
(HPT) seluas 1.873.632 ha. Berdasarka data Bappedalda Riau, luas hutan
alam yang tersisa tinggal sekitar 1 juta ha. Intruksi Presiden (inpres)
No 4 Tahun 2005, tentang pemberantasan Penebangan Kayu Secara iIlegal di
Kawasan Hutan dan Peredaranya, seolah tidak membuat takut para pembalak
hutan dan kayu illegal, suatu hal yang sangat Ironis tentunga Penomena
yang nyaris serupa, juga terjadi di Provinsi Jawa Barat, berdasarkan
data Perum Perhutani Unit III Jabar,luas reboisasi rutin lebih kecil
daripada luas reboisasi pembangunan. Luas reboisasi rutin di perkirakan
1.028 ha dan luas reboisasi pembangunan 40.802 ha. Dari berbagai jenis
gangguan keamanan hutan, perusakan tanaman (pohon) merupakan gangguan
terbesar di banding pencurian pohon yang mencapai 150.690 pohon.
Sedangkan dari kebakaran yang terjadi 586 ha hutan tercatat 4.887 pohon
musnah. Pada tahun 2008 yang lalu Indonesia di anugerahi Certificate
Guinnes World Records sebagai Perusak Hutan Tercepat di Dunia.
Berdasarkan data-data dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), tahun 2000
hingga 2005, rata-rata perhari 51,km2 hutan Indonesia hilang (rusak)
Dengan menghitung rata-rata kerusakan hutan Indonesia pada tahun 2002
PBB, merilis Hutan Sumatera dan Hutan Kalimantanakan punah pada tahun
2032.
Namun rilis resmi PBB,tersebut di ralat pada tahun 2007 hal tersebut di
latar belakangi oleh pengrusakan dan pengundulan hutan yang berjalan
jauh lebih cepat dari yang di perkirakan. Menurut PBB Hutan di Sumatera
dan Hutan Kalimantandi perkirakan punah pada tahun 2022, atau hitung
mundur 12 tahun dari sekarang. Menilik lemahnya pemerintah dalah
memberantas para pelaku ‘ Kejahatan Hutan ‘ (pembalakan liar dan illegal
logging) kemungkinan besar pada masa mendatang hutan di Indonesia hanya
bisa kita lihat keberadaanya di MUSEUM. Tentu ini harus wajib menjadi
bahan pemikiran untuk para Penyelenggara Negara di Republik ini, kalau
tidak ingin ramalan dari PBB,tersebut menjadi kenyataan, atau akan
menunggu dulu sapai datangnya bencana yang lebih Dasyat, yang di
akibatkan dari pengrusakan hutan.
Di seluruh dunia, hutan-hutan alami sedang dalam krisis. Tumbuhan dan
binatang yang hidup didalamnya terancam punah. Dan banyak manusia dan
kebudayaan yang menggantungkan hidupnya dari hutan juga sedang terancam.
Tapi tidak semuanya merupakan kabar buruk. Masih ada harapan untuk
menyelamatkan hutan-hutan ini dan menyelamatkan mereka yang hidup dari
hutan.Hutan purba dunia sangat beragam. Hutan-hutan ini meliputi hutan
boreal-jenis hutan pinus yang ada di Amerika Utara, hutan hujan tropis,
hutan sub tropis dan hutan magrove. Bersama, mereka menjaga sistem
lingkungan yang penting bagi kehidupan di bumi. Mereka mempengaruhi
cuaca dengan mengontrol curah hujan dan penguapan air dari tanah. Mereka
membantu menstabilkan iklim dunia dengan menyimpan karbon dalam jumlah
besar yang jika tidak tersimpan akan berkontribusi pada perubahan iklim.
Hutan-hutan purba ini adalah rumah bagi jutaan orang rimba yang untuk
bertahan hidup bergantung dari hutan-baik secara fisik maupun spiritual.
Hutan-hutan ini juga merupakan rumah bagi duapertiga dari spesies
tanaman dan binatang di dunia. Yang berarti ratusan ribu tanaman dan
pohon yang berbeda jenis dan jutaan serangga-masa depan mereka juga
tergantung pada hutan-hutan purba.
Hutan-hutan purba yang menakjubkan ini berada dalam ancaman. Di Brazil
saja, lebih dari 87 kebudayaan manusia telah hilang; pada 10 hingga 20
tahun kedepan dunia nampaknya akan kehilangan ribuan spesies tanaman dan
binatang. Tapi ada kesempatan terakhir untuk menyelamatkan hutan-hutan
ini dan orang-orang serta spesies yang tergantung padanya.
No comments:
Post a Comment
Budayakan Budaya Sopan
No SARA
Peace
Hijau Alam Kita