Saturday 20 October 2012

Teknik Perbanyakan Merbau “Sang Primadona Sumatera”




12960481131509932100

Merbau ( Instia bijuga) adalah nama sejenis pohon penghasil kayu keras berkualitas tinggi anggota suku Caesalpiniaceae (Leguminosae). Nama daerah jenis pohon ini yaitu ipil, mirabow, merau pantai, marbon (Sumatra), kayu besi (Maluku dan Irian Jaya), Merbau asam (Kalimantan), ipi (Sunda), bayam (Sulawesi) sedangkan dinegara lain dikenal dengan nama Merbau ipil (serawak, Sabah), ipil, ipil laut (Philipina), kwila (Papua Nugini), krakas (Kamboja).
Jenis ini merupakan salah satu jenis tanaman penghuni hutan pantai dan hutan hujan tropika bawah (dataran rendah) yang memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga dijadikan sebagai salah satu jenis kayu komersial berharga di Indonesia. Jenis Kayu Merbau dihargai berkisar antara US$ 200 per meter kubik kayu bulat dan US$ 450 – 600 per meter kubik kayu gergajian.

Seiring dengan nilai ekonomis kayu Merbau yang tinggi, pemanfaatan Merbau di beberapa daerah sebaran alami terus terjadi dan cukup berlebihan. Dampak dari eksploitasi Merbau yang berlebihan tersebut menyebabkan status konservasi Merbau di Indonesia telah masuk dalam red list dari IUCN sebagai jenis yang berisiko punah karena eksploitasi komersial, sedangkan menurut CITES, Merbau diklasifikasikan sebagai jenis yang vulnerable (CITES Appendix III) demikian pula menurut The World Conservation Monitoring Centre (WCMC) jenis ini tergolong jenis yang terancam (threatened) (Telapak dan EIA 2005).

Langkah penyelamatan dan konservasi terhadap jenis ini diantaranya yaitu dengan melakukan pengembangan populasi perbanyakan. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa tanaman Merbau dapat diperbanyak baik secara generatif maupun vegetatif. Masih sedikitnya data dan informasi mengenai pengembangan jenis Merbau menjadi dasar penulisan artikel ini. Berdasarkan pengalaman langsung dan beberapa literature maka diperoleh informasi terkait dengan pengembangan dan perbanyakan jenis Merbau.

Perbanyakan Generatif
Semakin sedikitnya pohon induk Merbau yang ada di alam menyebabkan pengembangbiakan bijinya sukar dilakukan. Cara mengumpulkan biji Merbau yaitu dengan melakukan pemungutan biji di sekitar pohon induknya. Karena biji Merbau tersembunyi di bawah serasah dan dedaunan di lantai hutan maka perlakuan khusus yang dilakukan yaitu dengan menggali tanah atau serasah dan dedaunan yang menutupi lantai hutannya terlebih dahulu. Biji yang terkumpul kemudian dibersihkan dan dikikir pada ujungnya. Tancapkan biji Merbau ke dalam polibag dengan posisi menyamping, bagian yang dikikir di atas dan tempat keluar akar di bawah atau di pinggir. Selain itu perlakuan biji yang akan disemaikan bias juga disertai perendaman air dingin atau pemberian asam sulfat untuk meningkatkan perkecambahan benih.

Perbanyakan Vegetatif
 Perbanyakan vegetatif Merbau dilakukan secara stek pucuk (Pudjiono 2008). Stek pucuk dengan menerapkan perlakuan Zat Pengatur Tumbuh. Zat Pengatur Tumbuh yang digunakan adalah Rootone F, Rhizatun, Hormonik (Hormon organik) dengan berbagai konsentrasi menghasilkan persentase stek hidup yang tertinggi 70,8% tetapi bila dilihat dari parameter tinggi, jumlah daun dan diameter batang, media pasir menempati urutan terakhir ini disebabkan sedikit sekali terdapat unsur hara dibandingkan media pasir kompos ataupun pasir pupuk kandang. Media pasir porous sangat baik untuk stek sehingga memudahkan akar untuk berkembang. Media pasir pupuk kandang menghasilkan pertumbuhan tinggi, jumlah daun yang terbaik dibanding media lainnya. Sedangkan media pasir kompos menghasilkan pertumbuhan diameter batang yang terbesar disbanding kedua media lainnya. Untuk menentukan yang terbaik dari semua parameter yang diukur maka dilakukan dengan mencari nilai index. Nilai index diperoleh dengan mengalikan semua nilai parameter. Dari nilai indeks tersebut diperoleh nilai terbesar adalah media dengan komposisi pasir : pupuk kandang. Maka media pasir : pupuk kandang merupakan media terbaik untuk stek Merbau.

No comments:

Post a Comment

Budayakan Budaya Sopan
No SARA
Peace
Hijau Alam Kita